Gambar Ambil dari sini

“Allahu Akbar....Allahu Akbar “ 

“Allahu Akbar....Allahu Akbar” 

Adzan berkumandang dari sebuah langgar (sebutan untuk mushola di daerah Brebes ), suara itu berasal dari mulut seorang remaja berusia 13 tahun bernama Adit, sudah beberapa tahun ini, dialah yang menjadi muadzin rutin dari adzan subuh sampai isya, atau lebih tepatnya semenjak ibunya meninggal, Adit yang waktu berusia sekitar  9 tahun, saat ibunya mulai sakit keras, dia jadi sering berada di langgar, mungkin dulu dia berfikir kalau hanya Allah lah yang dapat menyembuhkan ibunya, seingatku dulu itu Ibunya sakit kanker, iya Adit bukanlah dari keluarga yang berada, keluargannya tidak punya cukup uang untuk mengobati penyakit Ibunya.

Dahulu, sejak pertama kali langgar itu berdiri yang sering menjadi muadzin adalah Kakek Rudi, beliau ini masih ada hubungan kerabat denganku,, Tapi umur manusia siapa yang tahu, beberapa tahun kemudian Kakek Rudi meninggal dunia, sebelum meninggal dunia, dia berpesan kepada cucunya si Budi, iya sebut saja Budi (bukan nama sebnernya), seingetku waktu itu si Budi masih SD, sebagai seorang bocah yang waktu itu masih polos, awal-awal Budi yang paling sering jadi muadzin lantas dia juga sering ngajakin temen-temen mainnya. 

Tapi makin lama, semenjak dia masuk SMP, Budi mulai berubah... bukan hanya Budi, tapi temen-temennya juga ikut berubah, Budi mulai kenal fesbuk, mulai bikin akun fesbuk yang namanya SiBudiSukaJualanKerupuk(jangan disearch ya...ini kan bukan nama sebenarnya) , Oke sampai sini sebenarnya masih nggak ada masalah, Budi masih sama dengan remaja yang seusianya pada umumnya, lantas dia juga mulai ikutan temen-temennya buat ngerokok, mulai suka keluyuran enggak jelas, suka pulang ke rumah sampai tengah malam, dan malah belakangan gue lihat di akun fesbuknya si Budi, dia suka pamer-pamerin foto-foto minuman keras, bukan maksudnya minuman yang campur batu terus jadi keras ya hehehe...., dan diatasnya dia kasih keterangan “Cuma ini yang bisa ngertiin gue”, Belakangan juga kemaren waktu bulan ramadhan, waktu gue shalat teraweh... si Budi ini nggak pernah nonggol sama sekali 

                                                     Maksudnya minmun keras kaya gini.....

Dengan “kesibukan barunya” ini, si Budi jadi jarang banget buat jadi muadzin dan lebih parahnya malah udah nggak pernah jadi muadzin lagi, selama itu, warga sekitar langgar itu yang bergantian jadi muadzin, mayoritas warga disitu adalah petani, kebanyakan mereka berangkat ke sawah di pagi hari dan pulangnya sore mendekati maghrib, ada juga beberapa bapak-bapak memilih mengadu nasib di Jakarta, sehingga hanya Ibu-ibu saja yang ada di lingkungan situ.

Kalo kalian bertanya gimana anak mudanya, termasuk Gue, kalo gue emng nggak berada di sekitar lingkungan situ, iya gue kuliah di Jogja, jujur emng dulu-dulu gue jaraaang banget shalat berjam’ah di masjid, gue mulai shalat berjama’ah saat menjelang UN dan SNMPTN, hehehe... tapi semenjak itu gue mulai rajin shalat berjama’ah ..alhamdulillah, dan temen-temen sebaya gue kebanyakan juga udah nggak berada di kampung, mereka merantau juga kaya gue, ada yang kuliah ada yang kerja dan ada yang jadi kawan sejawatnya si Budi.

Malah terkadang, nggak ada orang adzan di langgar itu, tidak terdengar ajakan untuk orang muslim menunaikan ibadah shalat, sunyi senyap... karena masyarakatnya sibuk dengan urusannya masing-masing. Pada saat itulah Adit yang mulai rajin jadi muadzin., Tapi sekarang..Adit yang sudah lulus SD, berniat akan melanjutkan sekolahnya di Pesantren di daerah Jawa Barat, Adit hanya pulang satu tahun sekali. Sekarang siapa yang akan mengumandangkan adzan si langgar tersebut. Apakah langgar itu akan tetap sunyi tanpa ada panggilan untuk beribadah kepada Allah ?