Terinspirasi dari buku inilah, akhirnya aku memutuskan untuk memberikan ucapan terima kasih untuk ayah melalui tulisan ini. Oh..iya, kenapa aku menuliskan ini untuk versi cowok, adalah karena dalam buku ini kebanyakan menceritakan  cerita  tentang ayahnya dari sudut pandang seorang anak perempuan, memangnya cuma bagi seorang perempuan saja sang ayah bisa menjadi jagoan, bagi seorang anak laki-laki, ayah juga menjadi sosok pahlawan yang lebih hebat dari Naruto yang mengalahkan Sasuke dan membawa kedamaian ke seluruh dunia ninja hehehe...

Ayahku bukan seorang pegawai BUMN seperti layaknya kebanyakan teman-teman dikampusku, ayahku juga bukan wirausahawan sukses yang sanggup memberikan anaknya mobil untuk kendaraan pribadinya ke kampus, ayahku hanyalah seorang Pegawai Negeri Sipil, lebi tepatnya adalah seorang guru matematika di sebuah sekolah menengah pertama.

Beliau pernah mengatakan kalau harta yang beliau miliki itu tidaklah seberapa, tapi beliau punya ilmu yang bisa diturunkan kepada anaknya, ilmu inilah yang diwariskan kepada anak-anaknya, ilmu inilah yang lebih penting dibandingkan harta warisan berupa sawah,mobil, rumah atau barang mewah lainnya. Karena memang seorang guru, beliau mengatakan kalau pendidikan itulah aset berharga atau seperti modal yang dapat digunakan di masa depan anak-anaknya nanti.

Karena beliau adalah guru matematika, terkadang aku sering memanfaatkannya sebagai guru les gratis hehehe. Seringkali saat aku kesusahan mengerjakan tugas matematika atau tidak memahami materi yang disampaikan saat di sekolah, aku sering meminta pengarahan beliau. Beliau itu mengatakan kalau matematika itu ilmu dasarnya buat menjalani kehidupan, permasalahnnya bukan seberapa banyak rumus yang kamu hafalkan, tetapi seberapa tangkas dan cepat saat memecahkan sebuah permasalahan yang menuntut akal dan logika untuk menyelesaikannya. Selain sebagai guru les matematika gratisan, beliau ini adalah teman diskusi yang menyenangkan mengenai masalah politik dan ilmu pengetahuan, beliau ini senang membaca koran dan menonton berita di televisi, beliau memang jarang menceritakan kehidupan masa mudannya, tapi beliau suka menceritakan kondisi lingkungannya di masa muda, bagaimana lingkungan sekitarnya,bagaimana era pemerintahan presiden yang diktator pada masa itu dan lain sebagainya.

Beliau selain guru matematika, sebenarnya  punya minat untuk menggeluti dunia keteknikan, dulu beliau iebih ingin kuliah di jurusan teknik elektro dibandingkan kuliah di pendidikan matematika, dulu memang waktu beliau muda, waktu masih zaman Rano Karno masih jadi si Doel, profesi yang paling dipandang adalah insinyur dan dokter, dan karena kala itu si Doel jadi insinyur beliau mungkin terinspirasi untuk ikut jadi insinyur hehehe. Saat mendengar aku ingin berkuliah di jurusan Teknik kimia, beliau terlihat senang karena anaknya bisa mewujudkan mimpinya untuk jadi insinyur, dan ini memang tanpa paksaan, aku memilih jurusan ini sepenuhnya atas mauku sendiri tanpa ada intervensi dari kehendak ayahku.

“Ayah adalah sosok jagoan bagi putranya, dan merupakan sosok yang paling ingin dilampaui kehebatannya oleh anaknya” 

Kurang lebih itu kata-kata Miroku, seorang pendeta yang ada di dalam anime Inuyasha dulu, waktu melihat Inuyasha yang tidak mau dibanding-bandingkan dengan ayahnya yang dulunya adalah jenderal siluman. Tunggu, ayahku bukan jenderal siluman, beliau masih manusia kok hehehe, ini hanya perumpamaan saja kok. 

Saat aku kelas 2 SMA, ayahku a mendapat gelar S2nya, iya ... dia resmi menjadi seorang magister di bidang pendidikan matematika. Aku sendiri melihat betapa beliau masih semangat belajar, dengan begitu banyak tuntutan yang harus dia kerjakan, terlebih waktu  berkuliah usianya sudah tidak lagi muda, terkadang juga beliau susah memahami materi yang disampaikan. Saat beliau wisuda, beliau memintaku untuk berdiri disampingnya dan berfoto bersamaku, memang beliau tidak mengucapkannya secara langsung, tapi beliau sudah menunjukan kalau beliau sanggup berkuliah sampai S2, dan beliau mengharapkan putranya bisa melampauinya suatu saat nanti. 

Dan inilah yang menjadi motivasiku saat merasa jenuh dengan kuliahku, aku menempalkan fotoku dengan ayahku saat wisuda sebagai motivasi, supaya aku tetap bersemangat untuk berkuliah, terkadang aku termenung dan memandang foto wajah kami berdua, setelah melihatnya aku merasa ada dorongan untuk tetap bersemangat untu berkuliah dan kelak bisa melampaui beliau.

Terima kasih ayah, sudah menjadi guru yang begitu luar biasa menginspirasi putranya ini.

Terima kasih.