“oeekkk oeekkk “ Suara tangisan bayi pecah dari dalam ruang operasi

“bapak suaminya ibu dian ?” suster keluar dari ruang operasi sembari membawa bayi dalam inkubator

“bukan, saya adiknya “ jawabku

“bisa tolong panggilkan suaminya”

“oh iya, sebentar ..,sus” aku lari menuju kakak iparku di sebelah sana

Duh, apa mukaku sudah sebapak bapak itu ya, sampe dikira udah punya anak wkwkwk. Oh iya, jadi ini sebenarnya adalah cerita bagaimana aku menghabiskan malam pergantian tahun baru 2018, ceritanya begini :

Aku menghabiskan libur natal dan tahun baru di rumah, bagi mahasiswa semester akhir macam aku ini, sebenarnya tidak ada kata libur, kami bisa bimbingan kapan aja, selama dosen pembimbing berkenan untuk bimbingan kami bisa bimbingan kapan saja, bisa pagi bisa siang bisa sore. Tapi ini musim liburan, dosen juga manusia, masa iya nggak butuh liburan, akhirnya aku pulang kampung ke rumahku yang ada di Brebes.

Di panel percakapan  yang menyebut Bu Dian, jadi Ibu Dian adalah kakakku, lebih tepatnya kakak perempuanku satu-satunya (iyalah perempuan masa laki laki bisa neglahirin. Jadi kakakku lagi hamil dan diperkirakan melahirkan pada pertengahan bulan januari 2018 nanti. Semua berjalan normal seperti biasanya, rencananya tanggal 2 januari aku sudah berangkat ke Jogja, ya biar santai liburan natal dan tahun baru di rumah biar bisa kumpul sama keluarga.

Tapi ternyata sesuatu yang tak diduga terjadi, tanggal 31 desember siang, kakakku mulai mules-mules pertanda mau melahirkan, langsunglah kakakku dilarikan ke rumah sakit. Semua anggota keluargaku ada disana, ayahku, ibuku, dan kakak iparku. Aku ditinggal sendirian di rumah, awalnya aku disuruh buat jaga rumah selama semua keluargaku ada di rumah sakit.

Mendadak ibuku bilang ada barang yang tertinggal di rumah, aku disuruh ngambil dan dibawain ke rumah sakit. Ibu bilang begitu di telepon, aku lantas berpikir, kok ya aku sengsara banget kalo malam tahun baruan di rumah sendirian. Nggak nggak, lalu aku minta izin ke ibuku supaya aku nganterinbarang barang ibuku dan  aku sekalian nginep di rumah sakit. Karena kasian akhirnya ibuku mengizinkan, kata beliau semua pintu dan jendela dikunci yang rapat.

Sehabis maghrib aku baru sampai rumah sakit. Kakaku diputuskan untuk melahirkan harus melalui operasi cesar, karena kondisi matanya yang minus dan ada kebocoran protein. Ini benar-benar pengetahuan yang baru, ternyata jika mata ibu yang akan melahirkan itu minus harus ekstra hati-hati, karena  jika minusnya cukup banyak ada kemungkinan otot matanya bisa ketarik saat proses persalinan dan matanya bisa buta, wah bahaya banget ternyata. Pihak rumah sakit nggak mau mengambil resiko, diputuskan nanti jam setengah 8 malam akan dilakukan operasi cesar.

Dan kejadian itu terjadi, ini pertama kalinya aku melihat sesosok manusia yang baru lahir, bayi kecil yang masih merah dalam inkubator. Benar-benar pengalaman yang tak terlupakan di malam pergantian tahun 2018. Sebagai penutup di lembaran akhir buku 2017 keluarga kami dihadiahi sesosok bayi kecil yang menggemaskan.

Dengan lahirnya bayi ini, menjadi penanda sebuah perubahan dari keluarga kami, anggota keluarga kami bertambah, bapakku kini menjadi kakek, ibuku menjadi nenek, kakak iparku menjadi bapak, kakakku menjadi dan aku sendiri menjadi “uncle”, nggk aku nggak mau dipanggil om, aku milih yang lebih keren jadi panggil aku “uncle” hehe. Soal nanti si bayinya kalau udah gede manggilnya susah itu urusan belakangan hehe.

Ya semuanya berubah semenjak kedatangan bayi ini, aku juga sadar kalau aku makin dewasa, keadaan tidak bisa lagi seperti dulu, bukan Cuma aku yang bertengkar terus dengan kakakku rebutan remote televisi, kini rumah jadi makin ramai. Sadar juga kalau aku harus cepet  menyelesaikan apa yang telah aku mulai, meskipun jalannya agak berliku, tapi kehadiran bayi ini memebriku motivasi tambahan untuk cepat lulus, iya kalo cepet lulus kan bisa ngasih cucu juga buat bapak dan ibuku hehe.

Hal jeleknya, ya nggak jelek ya kurang baiknya adalah rencana keberangkatanku ke Jogja jadi mundur, rencana aku berangkat tanggal 2 januari, akhirnya mundur ke tanggal 7 januari, sampai hampir seminggu ya , iyalah kan ada mainan baru hehe. Tapi ini mungkin sudah diatur oleh Allah kalau aku bisa menyaksikan kelahiran keponakanku ini, awalnya aku takut nggak bisa pulang tepat waktu, takutnya aku pulang si bayi ini sudah lahir, dan tidak bisa menyaksikan bagaimana malaikat kecil itu lahir kedunia. Iya mungkin ini memang sudah Allah SWT yang menentukan.

Ketentuan Allah yang lain adalah aku menyaksikan saat tali pusarnya lepas dan bayi mungil ini diberi nama, oh iya bayi ini perempuan ya, kok dari tadi aku nggak cerita apa jenis kelaminnya hehe. Jadi nama keponakanku adalah “ Keshwari Gaidha Arundhati”  panggilannya “Gaidha” namanya gabungan dari bahasa arab dan sansekerta, aku lupa nanya ke kakakku apa artinya, tapi ya itu nama yang cocok untuk anak perempuan cantik itu hehe.

Sudah sudah, uncle pamit dulu mau berangkat ke Jogja ya Baby Gaidha, nanti Uncle pulang kamu. Uncle kasih boneka, boneka yang gede, yang gedenya lebih gede dari kamu hehe.