Tulisan ini, nggak ada hubungannya dengan film yang judulnya “ayah, mengapa aku berbeda ?” “emak, ingin naik haji”, “mama, minta pulsa “ hehehe. Sungguh ini nggak ada kaitannya, hanya karena masih dalam waktu hari ayah, maka aku posting tulisan ini.

Statusku masih mahasiswa, iya masih mahasiswa meski sudah semester sekian hehehe, untuk wisuda tahun ini sepertinnya nggak bisa keburu, iya tahun 2016 tinggal satu bulan lagi dan tugas akhirku masih punya banyak kurang sana kurang sini, jadi aku minta maaf kepada ayah (aku manggilnya bapak sebenarnya) karena tidak bisa wisuda tahun ini, maafkan anakmu ini ya, pak.

Usiaku sekarang sudah 23 tahun dan aku masih belum wisuda, kalimatnya terkesan jadi menyedihkan sekali, usia sudah tua dewasa dan masih belum wisuda hadehh. Ayahku di usia seumuranku sudah wisuda, beliau sudah bekerja malah pada waktu itu. Beliau adalah seorang guru, di zaman itu, sekitar tahun 80an, jumlah guru masih sedikit, maka mahasiswa jurusan keguruan di IKIP yang sudah hampir lulus langsung ditawarin untuk jadi guru, ya jadi beliau sudah mengajar sebelum lulus kuliah, dan hanya nunggu sebentar setelah wisuda, langsung diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Coba bandingkan dengan kondisi sekarang, beribu orang yang ujian buat jadi PNS, dan hanya sedikit sekali yang bisa lulus jadi PNS.

Salah satu moment penting bagi orang tua itu adalah wisuda anaknya, nikahan anaknya, dan khitanan (sunatan) anaknya. Untuk khitan, sebenarnya itu moment yang ditunggu tunggu oleh nenekku dulu, aku adalah cucu paling muda dulu, jadi nenekku kepingin banget untuk ngelihat aku disunat, karena menurut nenekku sunat itu adalah momen dimana sang cucu sudah akan menuju pria dewasa, karena sudah terjadi perubahan bentuk, bentuk tubuh maksudnya dari yang kecil jadi besar hehehe. Tapi sayangnya, nenekku sudah duluan dipanggil oleh yang maha kuasa sebelum aku disunat. Kalo menikah, gimana mau menikah lah wong aku aja jomblo ehm maksudnya masih lajang dan tidak punya hubungan spesial dengan lawan jenis (biar lebih kedengeran elegan hehe). Jadi moment yang terdekat ya jelas moment aku wisuda ini.

Mungkin bagi sebagian orang moment wisuda ini dianggap tidak terlalu penting. Kebanyakan punya pikirannya model yang kaya gini :

“ah, apa sih wisuda Cuma formalitas aja “

“ah, yang penting lulus terus langsung cari kerja”

“yang penting kan ijazahnya, bukan wisudannya”

“ah mending nggak usah wisuda, soalnya nggak ada gandengan buat jadi pendamping wisuda “ hehe

Kalo menurutku pribadi wisuda itu penting, moment saat keluarga bisa berkumpul dan bangga karena anaknya akhirnya bisa menyelesaikan jenjang pendidikannya di universitas. Itu moment istimewa, lebih istimewa daripada moment sunat, yang dipotong anunya, akunya kesakitan tapi malah dirayain hehe. Kan lebih bahagia moment wisuda, akunya seneng karena akhirnya bisa lulus, orang tuaku bangga, kan enak bisa sama sama senang.

Yang jelas, aku berharap di moment wisudaku nanti, ayahku dan ibuku kedua masih sehat walafiat dan masih bisa ketemu dengan moment istimewa ini.